Thursday, September 26, 2013

Masjid Tiban,Turen Malang (Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah)




Malang, 22 September 2013



Perjalanan dari Purwodadi ke Malang tidak ada hambatan yang berarti, lancar sampai masuk kota Malang, sampai keluar ke arah Turen sangat lancar, sampai di Bululawang ada informasi dari Bu Winariyato kalo macet mau masuk ke jalan arah masjid Tiban. Dan kelihatannya P Sugito tanggap terhadap informasi tersbut, yang akhirnya tidak belok kanan ke arah Turen melainkan lewat Wajak (Maklum P Sugito orang Turen jadi faham betul daerah  tersebut). Dan sampailah bus di tempat parkir dan penumpang turun semua, dan saya harus ganti celana panjang kaarena tadi pake celana pendek he he (menyesesuaikan red), ke Ponpes oeyyy. Saya sedikit bingung karena pd saat pertama kesini lewat dari arah barat, kalo masuk ke ponpes mesti belok kanan, lha sekarang ternyata saya dari arah timur….bingung ya tentu harus belok kiri.

Karena jeng Ndari ketinggalan anaknya, akhir setengah berlari masuk area ponpes, sambil mencari Arya, dan ketemu sebelum masuk ke Ponpes, dan akhirnya saya putuskan untuk solat lebih dulu baru jalan-2 ke Ponpes.
 Masjid Tiban adalah sebenarnya Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang terletak di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dinamakan masjid Tiban karena konon dibangun oleh bangsa jin dalam waktu semalam. Percaya atau nggak percaya saya sendiri juga belum tahu kebenarannya. Mitos inilah yang menjadikan masjid ini setiap harinya dikunjungi banyak wisatawan. Selain hanya untuk melihat-lihat keindahan masjid, wisatawan juga bisa sekaligus berziarah. Masjid ini sebenarnya adalah sebuah pondok. Bangunan masjid ini terdiri dari 10 lantai. Pasar terletak di lantai 8,tetapi di luar pintu masuk juga banyak terdapat pedagang buah. dan ternyata masjid ini dibangun di atas tanah seluas 5 hektar. (Hmmm pantesan saja kaki saya terasa capek. )


 Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Nama yang cukup panjang yang mempunyai makna Laut Madu atau, "Fadilah Rohmat" (Segarane, Segara, Madune, Fadhole Rohmat-terjemahan Bahasa Jawa). Disebut Masjid tiban karena Konon masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar, dan menurut mitos dibangun oleh jin dalam waktu hanya semalam. Namun, ketika desas-desus ini dikonfirmasi kepada “orang dalam”, dikatakan bahwa pembangunan masjid – yang sebenarnya merupakan kompleks pondok pesantren secara keseluruhan – semua bersifat transparan karena dikerjakan oleh santri dan jamaah. Bantahan dari “orang dalam” itu jelas sekali terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb., itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.”
Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya ( Soal harga makan tidak usah khawatir pasti murah cocok bagi pelancong apalagi backpacker ransel h h h h h)
Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.
Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Contohnya, waktu itu adanya baru batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat (lumpur atau ledok). Masid Turen merupakan sebuah pondok pesantren. Nama Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah adalah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah), Ponpes yang terletak di Jalan KH. Wahid Hasyim Gang Anggur No.10, RT 07 / RW 06 Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang. Menurut salah seorang panitia, ponpes tersebut artinya segarane, segara, madune, Fadhole Rohmat. Rintisan Ponpes Bi Ba’a Fadlrah ini dimulai pada 1963 oleh Romo Kyai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kyai Ahmad.

Ponpes di Kabupaten Malang berdiri sebuah bangunan yang arsitekturnya yang bisa membuat hati berdecak kagum. Begitu datang ke sini, pengunjung akan disambut oleh sebuah wahana demi wahana, dari melangkahkan kaki untuk pertama kalinya di dalam bangunan pondok pesantren ini, sampai keluar. Dari tingkat pertama sampai dengan tingkatnya yang ke sepuluh.

Lebih dari itu, arsitektur yang dipakai bukan hasil ilmu dan imajinasi seorang arsitek yang handal. Tapi dari hasil istikharah si pemilik pondok, KH Ahmad Bahru Mafdlaludin Soleh. Bangunan ini tidak dapat diperkirakan jadinya, sekarang sudah 10 lantai dibangun, bisa jadi nanti ditambah atau bisa-bisa dikurangi. Karena semua tergantung istikharah Romo Kyai (Kyai Ahmad, pen.). Romo Kyai juga yang ngepaskan amalan-amalan. Mungkin karena itu, banyak berita bahwa bangunan ini adalah masjid tiban (tiba-tiba ada). Padahal ini bukan masjid tapi ponpes, Gus Alief (santri) berkata “tiap hari selalu datang pengunjung dari berbagai kota ke ponpes ini. Di buku tamu pun berbagai komentar tentang keindahan ponpes ini tertulis. Bahkan, tak jarang ada yang mengaku tersentuh hatinya ketika memasuki sebuah ruang. Tiap orang berbeda.”

Sejak tahun 1978, Kyai Ahmad murid Kiai Sahlan di Sidoarjo ini memilih Turen untuk mendirikan ponpesnya. Sejak itulah, dengan dibantu oleh para santrinya, Kiai Ahmad memulai pembangunan ponpes dengan alat pertukangan sederhana dan proses belajar sendiri. Jadi jangan heran kalau akhirnya santri-santrinya punya spesialis ketrampilan. Santri Kiai Ahmad sekarang banyak yang sudah berkeluarga dan tinggal di sini. Jadi bisa dihitung tambahan santrinya. Dan sebagian belum berkeluarga, Semua santri itulah yang menjadi tukang sekaligus mandor bangunan ini. Mereka bekerja tidak menggunakan alat-alat berat modern. Semua dikerjakan sendiri. Dengan belajar langsung dalam pembangunan ponpes inilah para santri diajar mengaji kehidupan sehari-hari. Mereka yang sudah berkeluarga pun yang belum akan memiliki peran sendiri-sendiri Di ponpes ini, orang bertabiat A sampai Z ada. Di sinilah mereka tersentuh hatinya. Dengan ikut berpartisipasi ini mereka mengamalkan ajaran cinta bukan pahala.



Harus diakui, lamanya proses pembagunan ponpes ini mengisyaratkan perlunya kesabaran dan keikhlasan. Tiap detil ornamen harus digarap dengan sabar dan teliti. Selain pekerjaan yang tak mudah itu, sebagai tukang, para santri juga bukan orang yang dibayar. Keikhlasanlah yang akhirnya menjadi oase di dalam hatinya. “Semua itu tentu saja sumbernya dari cinta. Dalam agama kita diajarkan itu semua. Dengan menjalani itu semua para santri membersihkan hatinya dari penyakit-penyakit hati. Kalau raganya yang sakit, datang ke sini maka yang disembuhkan adalah hatinya dulu,” urai Gus Alief. Sesudah itu semua, yang tak boleh dilupakan adalah ibadah syukur. “Ngibadah syukur tidak ada berhentinya. Yang tidak bisa, ya kita doakan saja.” Pungkas Gus Alief. Arsitektur bangunan yang mengagumkan dapat dilihat mulai pos depan masjid yang bergaya seperti candi hingga kompleks di dalam bangunan utama. Kubah-kubah bergaya India yang diukir tulisan Arab konon semua dikerjakan oleh santri pondok sendiri. Masjid ini terdiri dari 10 lantai yang dapat ditelusuri menggunakan lift atau tangga. Ornamen-ornamen ethnik dengan gaya Arab berlapis warna emas menghiasi dinding berbagai ruangan dan koridor. Di lantai dasar, bisa membeli aneka cinderamata untuk oleh-oleh. Sedangkan di lantai teratas, akan disuguhi pemandangan indah dari keseluruhan areal masjid.

Seni arsitektur yang sangat mengagumkan telah ditunjukkan ornamen-ornamen yang berada di tempat ini. Perpaduan gaya arsitektur Arab, India, China tampak terlihat dengan jelasnya. Dengan corak warna yang beragam membuat kesan bangunan sekilas bukan sebuah masjid. Sebenarnya ini adalah sebuah bangunan pondok pesantren. Terdapat salah satu ruang di sebelah kanan pintu masuk bangunan. Ruang tersebut nampak terdapat berbagai hiasan yang mirip sebuah penginapan. Baik hiasan yang tergantung di langit-langit ruangan maupun yang ditempelkan pada dinding ruangan. Bahkan, meja kursi yang terdapat di sana terbuat dari bahan kayu yang bentuknya sangat artistic.

Jika memasuki salah satu ruangan, di ruang tersebut akan terhubung oleh suatu pintu. Sehingga bisa memasuki ruangan yang lain, dimana tiap ruang mempunyai desain ruangan yang berbeda-beda. Jadi, kita tidak akan bosan memasuki ruang demi ruang. Dominasi desain ruangannya tidak jauh-jauh dari gaya kaligrafi. Kaligrafi dengan berbagai model, jenis, warna, bentuk, dan corak. Adanya salah satu jenis hiasan yang terdapat dalam salah satu ruang. Jam klasik ini tampak begitu bagus diletakkan di tengah-tengah ruangan. Ditempatkan di depan dinding yang bercorak kaligrafi dengan penataan yang sangat mengagumkan.

Bangunan pondok pesantren ini ada lift. Tidak begitu mengherankan jika di sini terdapat lift, karena bangunan ini terdiri 10 lantai. Meskipun belum sepenuhnya selesai dibangun, masih ada anak tangga ataupun jalan yang menghubungkan antar ruang atau antar lantai yang landai. Sehingga tidak merasakan naik ke lantai berikutnya. Jikalau merasa capai ketika berjalan, ada banyak tempat untuk beristirahat. Ada yang berupa kursi dari kayu jati dengan desain yang unik. Dan di salah satu ruang di lantai atas terdapat jenis ornamen yang menurut saya sangat bagus. Berupa kursi singgasana dengan hiasan warna kuning keemasan, simbol kemewahan nan anggun. Hiasan bergaya India dengan perpaduan rangkaian kaligrafi di beberapa bagiannya.
Juga terdapat gaya modern yang menghiasi berbagai ornamen yang ada di aksesoris maupun dinding-dinding bangunan ini. Ada kolam berukuran cukup besar, yang lengkap berisi ikan aneka ukuran di lantai bagian atas. Jenis yang terlihat saat itu adalah ikan koi, ikan emas, dan lain sebagainya. Adanya kubah-kubah yang berhiaskan semacam motif berwarna-warni yang semarak. Dimana di depannya diletakkan sejenis pohon kurma buatan. Yang unik, pohon kurma buatan ini terdapat lampu-lampu kecilnya, jika dinyalakan, akan tampak kelap-kelip. Yang lebih mengagumkan, di lantai atas lagi terdapat kebun jagung yang tumbuh subur. Juga terdapat semacam pekarangan yang disulap mirip kandang sebagai pemeliharaan beberapa ekor monyet yang sedang berlompatan ke sana-kemari.
Di bagian belakang adalah bangunan ponpes yang masih dalam tahap pengerjaan. Meski demikian, nampak anggun dan mewah unsur seni yang terdapat dalam ornamen-ornamennya. Di bagian dalam ada beberapa musholla. Untuk laki-laki terpisah dari musholla wanita. Di beberapa bagian musholla masih terlihat pengerjaan yang belum selesai, tapi sudah bisa digunakan. Meski belum selesai, beberapa kamera CCTV sudah terpasang di bagian dalam musholla. Yang unik adalah jalan menuju ke musholla ini dan tempat wudhu. Dengan suasana yang agak gelap, kita harus melewati beberapa lorong yang hanya cukup untuk dua orang saja. Bentuk lorong pun tidak selalu lurus, terkadang ada yang berbelok maupun malah menuju ke lantai yang lebih atas. Jika salah masuk lorong, dijamin tidak akan sampai ke musholla. Ini juga mungkin yang membuat ponpes ini unik dan menarik buat dikunjungi.
Luar bangunan jalan yang akan menuntun menuju tempat luar bangunan. Sebenarnya ketika ke luar menuju bangunan ini (di lantai atas) terdapat aneka kios yang menjajakan berbagai macam suvenir. Usai berjalan kembali sampai menuju ke lantai paling dasar, halaman bangunan ponpes ini. Dimana di bagian ini terdapat tempat peristirahatan yang lebih mirip bergaya kerajaan berwarna putih di hampir semua bagiannya. Tempat ini dibedakan tempatnya untuk pria dan wanita. Berbagai macam tempat duduk diletakkan disini. Sehingga kita bisa melepaskan penat usai "berkelana" di tempat ini sambil menikmati pemandangan pepohonan yang ada di sekitar. Aneka ornamen menghiasi dinding dan pilar-pilar yang terdapat di dalamnya. Sehingga kesan istimewa dan mewah patut disematkan di tempat ini. Sangat istimewa dengan segala pernak-pernik dan ornamennya. Perpaduan warna putih, biru, krem, kuning, dan lainnya terlihat sangat kompak dan padu. Namun yang lebih unik lagi adalah di berbagai sudut ruangan tidak dijumpai kotak amal yang biasanya lazim di jumpai di salah satu sudut tempat peribadatan. Ketika berjalan menuju ke arah pintu ke luar, di salah satu sudut dindingnya terdapat kaligrafi berukuran besar yang "menempel" di sini. Ini adalah s
alah satu dari sekian banyak kaligrafi yang ada.


Di akhir kunjungan pengujung diminta mengisi pendapat tentang ponpes ini. Berbagai komentar pun ada, yang kebanyakan menyatakan kekaguman akan kemegahan dan kemewahan bangunan ponpes ini. Bahkan ada yang mengaku tersentuh hatinya ketika memasuki sebuah ruangan. Luar biasa. Yang menarik, setelah kita menuliskan pendapat, kita tidak ditarik uang sepeser pun. Ada satu papan yang didalamnya dipasang beberapa kliping berita di surat kabar tentang ponpes ini. Di situ juga ada semacam bantahan bahwa ponpes ini dibangun oleh bangsa jin. Masjid ini selain sebagai tempat ibadah juga sebagai pemersatu umat Islam dalam mengkaji Islam. Karena selain berfungsi sebagai masjid, tempat ini juga sebagai pondok pesantren yang berfungsi untuk mempelajari Islam secara dalam. Bangunannya yang indah dan megah membuat banyak orang yang datang untuk berkunjung ke masjid Turen ini. Mereka mengaggumi kuasa sang pencipta, karena atas hidayahnya yang telah diberikan kepada para pendiri dan masyarakat sekitar masjid ini dapat berdiri kokoh. Dengan adanya masjid itu, banyak masyarakat yang mendalami islam secara baik.
Diakhir kunjungan yang dibatasi waktu oleh Panitia rombongan mau tidak mau saya harus keluar dari ponpes menuju tempat parkir Bus, suatu saat saya akan kembali dengan teman yang berbeda tentunya.(sebagai pengantar he he he)

Kebun Raya Purwodadi-Pasuruan


Minggu, 22 September 2013
Sebenarnya bukan acara rutinitas, hanya secara kebetulan pada akhir kepengurusan RT periode yang lalu (tahun 2010) ada sedikit uang Kas yang bisa dipakai untuk jalan-2 bersama walaupun tidak jauh yaitu ke Pemandian Selokambang – Lumajang.

Dan pada kepengurusan selanjutnya ada pembicaraan beberapa orang untuk saling mendukung dalam hal pengumpulan barang bekas untuk menambah Kas RT yang ada, dan hasilnya pada akhir periode kepengurusan terkumpul uang yang cukup untuk menyewa satu Kendaraan Bus dan sat Elf.
Dengan ketentuan dalam satu keluarga ada jatah tiga bangku, bila lebih bayar sendiri dengan nilai yang telah ditentukan, orang dari luar tidak boleh dan bagi yang tidak ikut tidak boleh digantikan dengan yang lain.
Sesuai dengan yang direncanaknan, hari minggu tgl. 22 September 2013, kendaraan sudah siap jam 06.30 di Jalan Raya untuk membawa warga RT 03 RW 06 Leces Permai ke Kebun Raya Purwodadi dan Masjid Tiban (kata orang-orang begitu,) Ditengah perjalanan seperti yang sudah direncanakan berhenti di Wonorejo untuk beli lauk karena ada sebagian yang membawa Nasi aja.
Tidak terlalu jauh untuk sampai di Kebun Raya Purwodadi….sesampainya di Kebun Raya satu persatu pada turun….dan menuju pintu gerbang Kebun Raya , “ayo masuk….ayo masuk”  begitu kata bu RT…. Lewat pintu sambil dihtung oleh petugas berapa yang masuk. Dan mobil kecil bisa masuk sedangkan Bus nggak boleh.
Baru jalan seratus meter , ibu-ibu dah minggir buka tikar gelar makanan……. Sebagian ke arah selatan dan agak ke tengah dibawah pohon yang cukup besar ( entah berapa tahun umur pohon itu) saya kok  gak tanya petugas Kebun raya ya…. Padahal dipinggir jalan tadi ada petugas bilang “kalo ada yang mau ditanyakan nama pohon atau umur pohon silahkan” begitu kata petugas.

Saya dari rumah sudah isi bensin yg cukup (kebiasaan setiap hari ada segelas susu dll) sudah cukuplah untuk bertahan sampai siang. Aku lirik tempat persewaan sepeda,  dan aku menuju tempat tsb. Kusewa satu Rp. 10.000 per satu jam ( boleh lebih sedikit begitu kata petugasnya). He he he anak-2 ikut menyewa juga, asyik jadinya bisa bersepeda di kebun raya bersama anak-anak
 
Oke siap yuk kita meluncur ke arah sungai (arah timur krg lebih 1 km , lebih sepertinya), aku jadi pemimpin h h h h, yah tentu aku bersepeda paling belakang sambil mngawaisi cindil-2, ada Nisa, Onik, Dinda, Lisa, Lia, Arya, dan yang besar ada Dimas dan Dico. . . aq selalu berteriak “jangan ngebuuuuuut….”

 Saat  sampai di taman bungenvil aku minta cindil-2 untuk berhenti……kita foto bersama di bunga2 Yuk…. Nurut semua…jepret-jepret…gantian yg jepret, Ok kita berangkat lagi . . . 
 meluncur jalan agak menurun tajam aku kembali berteiak…”awas pegang rem kiri jangan rem kanan . ..  “ he he ada yang nggak berani rupanya si Arya memilih turun dari sepeda menuntunnya sambil pegang rem.

Sampailah di pinggir sungai menikmati segarnya aliran sungai yang tentu tidak akan pernah ditemuhi di perum Leces Permai, sambil atur posisi untuk ambil gambar tentunya, apalagi kalo bukan nantinya dipamerin ke orang tuanya…he he. Gantian Jepret-2


….kembali dengan tanjakan yang cukup melelahkan….. kita jalan aja sambil dorong sepeda, aku lihat semua tidak kuat……setelah jalan agak datar mulai bersepeda lagi…..

dan ketemu pohon yang dibawahnya ada kursi,, aku minta anak-2 untuk berhenti berfoto ria sejenak . . . yah ternyata semuanya pinter action… yup jalan lagi . . . .  lajunya smakin kenceng…

 
 Aku dan Arya yang tertinggal….jadi penyapu ranjau…aq ajak berhenti lagi di Taman Bugenvil gantian jepret 2 sama Arya nih…. Tak ajari sebentar dan jepret-2 gantian….Oke deh tks Arya . .. dah potret Te Yuyung.


Kok miring sih......


 
 
 
 
Dan kusudahi perjalanan ini sambil mngayuh sepeda ke arah tempat para Ibu2 berkumpul…. Dan kulihat P RT sedang bicara gak jelas masalah apa ah paling masalah seputar RT, aq bergabung sambil dengerin P RT bicara aku makan Uhat Oskab, selesai acara setengah resmi dimulailah acara lomba.

Yang pertama lomba khusus anak-anak yaitu membawa kelereng diatas sendok….Yak – yak terus begitu teriak orang tua masing-masing dan akhir nya ada tiga pemenang siapa aja ya aku lupa
Lomba dilanjutkan dengan para Ibu-2 dan Bapaknya…judulnya lomba kekompakan dalam keluarga ( Kerjasama red), seruuuuu Hmmm ternyata beliau-2 mau juga mengikuti lomba walaupun tidak sesuai aturan yang saya harapkan, tapi nggak apa-apalah toh hanya untuk seru-2an aja. Tak kusangka P Eko plus Ibu, P Sugeng n Ibu, P RT n Ibu, P Win n Ibu, P Edy n Ibu, P Agus n Ibu, P Samsul n Ibu, dan yang katanya nggak bisa ikut katnya sakit kakinya ehhh tertarik ikut juga ye ye ye P Bisri n Ibu, pada akhir lomba  , , , tentu ada yang menang, hadiah akan diberikan pada saat acara Old n New RT, nantinya. Dan selesai sudah acara di Kebun raya Purwodadi, terlihat wajah-wajah gembira mereka.
Mulailah  harus mengemasi barang-2 bawaan, sebagian sudah pada ngacir duluan, maunya foto bersama dulu ya ada yang bilang nanti di Bus begitu katanya, sebagian ada yang tertinggal, ayooo foto bareng dan sebagian ibu-2 yang foto bersama, dan kemudian Bapaknya juga foto dibawah pohon yang cukup besar.
 Para Bapak-2 ternyata Narsis juga
 Yang ini miring lagi niii....


mumpung masih dalam kebun Raya kesempatan yang sama tidak akan terulang, kalaupun kesini lagi pasti dengan teman yang berbeda,

 
Sambil Jalan menuju Bus, aq masih sempet foto-2 sama Ririn dan Wati,



Okey by by Kebun Raya Purwodadi kami akan melanjutkan perjalanan ke Turen – Malang tepatnya ke Masjid/Ponpes Salafiah.



Friday, September 20, 2013

Ke Kawah IJEN


Minggu, 1 September 2013


Dua mingggu sebelumnnya aq cari2 temen untuk jalan ke Ijen, ada dari Jakarta, mereka sudah terbentuk paket yg arahnya ke Gunung Bromo dan ke Ijen, yang aq perlukan Cuma ke Ijen, dua hari kemudian kutemuan lagi dari BPI Surabya dan lagi-2  mereka maunya paket dari Surabaya dan tujuanya sama Bromo dan Ijen,  karena saya sudah berulang kali ke Bromo, saya tetep pinginya ya ke Kawah Ijen saja , kecuali kalau lagi ada tamu, saudara yang minta antar ke Bromo ya harus berangkat, tapi saya tidak pernah bosan menikamati alam Bromo yang sangat mempesona sekali lagi tidak pernah bosan.

 Beberapa hari kemuadian saya coba lagi hunting di FB Backpacker, saya temukan informasi dari VJ Lie dari Jember yang mau  ke Kawah Ijen dan sekitarnya, hari Senin saya koment di FB dan ditanggapi positif oleh VJ dan saya pastikan ikut dalam rombongannya, saya dilhat di FB sudah ada peserta 3 orang dari Jakartadan  1 orang dari Surabaya,  Saya coba SMS VJ info kelanjutan  lalu VJ Kasih No. Rek untuk transfer biaya, Sehari kemudian saya transfer biaya yang telah ditetapkan utnk biaya sewa kendaraan dan Restitusi masuk ke lokasi Kawah Ijen dan ke tempat lainnya. Dan aq informasikan ke VJ kalo biaya dari saya sudah masuk, OK ada SMS balasan dan sampai ketemu hr Sabtu malam Jam 21.00 di Seputar Alun-Alun Jember.


 Saya sengaja berangkat lebih awal dari Leces agar bisa istirahat dulu dirumah teman, saya ke Jember by Bus, lamaaa banget nggak dapat Bus, kebetulan ada tetangga yang mau ke Tanggul/Jember, uhuy dapat tumpangan gratis sampai Tanggul… nayamul, Sampai di Tanggul oper Bus ke Jember nggak sampai 1 jam sudah sampai., dan langsung ke rumah teman ngobrol sebentar, makan istirahat.

 


Belum lama terlelap….wow sdh jam 20.30, mesti siap-2…..dan jam 20.50 aq keluar dari rumah teman, sesampai di depan masjid  hmmmm ternyata VJ masih di terminal Tawang Alun nunggu temen yang dari Surabaya, dan jan 21. 20 VJ sampai di skitar Masjid,  bergabunglah saya, eh ternyata mereka belum ada yg makan malam, akhirnya muter-2 cari makan dan dapat di skitar kampus. ( saya diam di kendaraan karna sdh kenyang)


Selesai makan Malam  kutanya ke VJ “mana temen yg dr Jakarta?”  katanya di Bondowoso, ya meluncurlah kami berempat ke Bondowoso, sesampai di Bondowoso, muter2 cari Daniel yang tahu tempat istirahatnya temen-2 dr Jakarta, muter lewat Polres sampai dua kali cerita saling menunggu dan salah persepsi tapi akhirnya ketemua juga, dan meluncurlah ketempat temen2 tersebut.


Bergabunglah Valentina Eva, Ulfa Rusda dam Morita dengan kami yang lebih dulu nongkrong d kendaraan, dalam kendaraan sambil memperkenalkan diri eh lupa ada yg paling muda Mhs UA si Achmad Basir Rachma, karena kami memang tidak saling mengenal sebelumnya, tapi ada Eva yang sudah mengenal Daniel Denz karena tahun lalu dia ke Ijen Juga. Ada Mohammed Shabbir Ali dan Sattar mereka ini sdh pernah ke Ijen, jadi mereka menjadi pemandu bagi kami.


Berangkatlah  meninggalkan penginapan tempet cewe” Jkt, dan tidak lama kemudian mereka terlelap semua…..Kecuali Driver dan VJ sebagai navigatornya serta aku yang memang susah tidur kalo dalam kendaraan  kecuali bener-2 cape’ atau minum antimo ( walau tidak pernah mabok….. biar bisa tidur aja istirahat sejenak …)


Berkelok-kelok jalan menuju Ijen……. Membuat mereka yang tertidur terbangun saat driver nginjak rem agak ngedadak…., dan pada saat jalan mau nanjak tiba-2 banyak turis berderet di pinggir jalan. Wooow rupanya Bus nggak kuat nanjak dengan penumpang yang begitu banyak, selamat para turis jalan-2 di tengah perkebunan di gelapnya malam dan rupanya Bus merambat pelan.


Biar lampu pos jaga di nyalakan (mungkin yg jaga sambil tiduran lampu di matikan…) masuklah daerah Paltuding (Pos sebelum pendakian) sekitar jam 01.10 . Tiba di pos bukan berarti langsung mendaki. Saya keluar dari kendaraan tanpa Jaket dan Sarung tangan, “nggak kedinginan mbak?” kata Eva, “ Orang Malang sih biasa dingin” begitu kata mereka. Sebenarnya dingin tapi aku coba  bertahan paling tidak 10 menitlah (sementara suhu mencapai 12 derajat) sambil jalan cepat cari Toilet, sampai di Tolet, ya ampuuuunnnnnn di kunci pintunya, aq kembali  Dan persiapan perlengkapan,…… Jaket checked! sarung tangan checked! topi kepala checked! senter checked! kamera checked! air minum checked! biskuit checked! Siap buat menempuh perjalanan, dan bergabung dengan temen2 yang lebih dulu nongkrong di Warung milik Pak Im(info dari VJ:D).  


Sejenak rombongan kami bersantai di Warung milik Pak Im num kopi/teh, sambil mempersiapkan mental. Di warung itu, ternyata banyak juga yang hendak naik ke kawah ijen.



Petualangan saya  percayakan sama Vj sebagai kapten rombongan, ditambah lagi ada Daniel (Juru kunci-nya Ijen. Hehehe...). "5 menit lagi kita jalan ya," kata Daniel. Yup, karena kami ingin si api biru yang terkenal itu serta keinginan untuk jalan santai, kami sudah harus berangkat pukul 01.30 wib. 


Ritual umum sebelum pendakian, temen -2 mencari toilet. Opsss... Toilet yang tersedia ternyata tutup alias tidak ada airnya(maaf aq nggak bilang sebelumnya aq dah sampai toilet yg tutup). Alhasil,  (Eva dan Ita) harus menggunakan jamban darurat yang ada di belakang warung. (Aku bertahan tidak minum karena kawatir itu) “ Haa mbak Iin nggak bilang-2 kalau nggak minum,”kata mereka, saya pikir mereka pingin yg anget2 sebelum jalan. Huaaaa... Benar-benar kembali ke alam (seriusan). Baiklah, semua siap? Berangkattttt... 


Semula, perjalanan cukup hening (alasannya sih untuk penghematan tenaga). Tapi menurut saya pribadi, semua pasti lagi konsen dengan kegelapan termasuk rute yang belum pasti ( karena saya baru pertama kali). Irama kaki belum ditemukan. Pos satu lewat, pos dua lewat, pos tiga, Stop! Oh yeah, sejenak rehat dong (umur memang tidak bisa menipu, apalagi saya sdh cukup tua tapi masih seneng jalan….). 

"Ayo jangan lama-lama," imbuh Daniel. Apahhh!!! "Ya saya masih ngosngosan dah mau berangkat lagi," batin saya di perjalanan sering sering kali ganti teman seperjalanan. Kadang dengan VJ, kadang dengan Eva, kadang dengan Basir, yaa ternyata Ali masih dibekangku . Jujur, pendakian jadi enggak terasa karena banyaknya tema seperjalanan. Meski di jalan, kami disusul juga sama bule-bule itu. Enggak apa ya, toh kami sampai juga di Pos Penimbangan. Untuk sampai puncak, setidaknya masih 1 km lagi dan ciayooo!!! Lanjut!

 

 

Perlahan... perlahan... dan pasti, kami tiba di puncak kawah (sekitar pukul 03.20). Tapi perjalanan kami belum usai. Status kawah ijen yang 'turun', rupanya menarik banyak turis domestik termasuk turis asing penasaran untuk melihat si api biru dari dekat. Dan untuk melihat si api biru itu perlu perjuangan lain, tepatnya turun 'tebing' (kebayang deh beratnya para penambang naik turun untuk demi pundi-pundi agar dapur keluarga tetap ngebul).

 

Demi keselamatan, rombongan kami dengan tenang antri dan menunggu lalu lintas jalan menyepi. "Bagi yang ingin turun jangan lupa membawa senter, bila tidak ada pemandu dilarang turun," begitu teriak petugas yang berjaga. "Beri jalan penambang," imbuhnya. 

 

Kalau dilihat secara kasat mata, rute si api biru ini memang disesaki para turis. Dan diperlukan pengertian yang mendalam agar tidak menghalangi jalan penambang, ataupun merugikan keselamatan diri sendiri. Again, terima kasih untuk Daniel dan VJ yang siap membantu kami, termasuk menuruni kawah (yang tidaklah mudah) menuju tempat landai yang terdekat si api biru. 

 


Oo-rahh!!! Sampai euy. Memang kami tidak sampai di titik terbawah, tapi di sinilah kami. Berdiri menikmati api biru dari kejauhan dan Wow!!! Sebuah fenomena alam yang sungguh luar biasa. Serunya dalam trip ini, tripod sudah berdiri, VJ mulai beraksi dengan kameranya. Masing-masing kebagian foto bersama momen api biru. Seru! 

  Waktu yang mepet membuat kami harus segera meninggalkan lokasi. Tujuan berikutnya adalah menemui Pak Mentari di atas benteng (sebutan benteng di sini karena dulu lokasi ini ada bangunan tempat penelitian vulkano), tepat pukul 05.15 wib. Bila tidak akan ketinggalan momen itu. Well, untuk menuju ke titik pandang di benteng itu tidaklah mudah. Selain harus nguber waktu, kami harus menanjat keluar dari rute api biru dan kembali naik ke atas menelusuri pepohonan berdahan tajam.

Yup, kami memang agak telat, tapi Pak Mentari tetap memancarkan sinar indahnya dengan semburat warna orange di ujung sana. 



 Siluet......duduk manis








Action bersama....


Indahnya Sun Rise.....


Sejatinya, di sebuah tempat acara narsis tidak akan kelewat. Ambil kamera, foto kanan kiri, tak peduli dengan angin yang dingin dan mengigit. Momen itu terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja. Upaya itu pula yang membuat saya harus rela buka sarung tangan dan diterpa si angin dingin. 

  Akhirnya aq sampai di kawah Ijen

 

Puas disapa Pak Mentari dengan semburat hangatnya sinar, foto bersama pun kami lakukan. Jepret, jepret, multishot etc semua dilakukan. Senyum merekah di sini tak hanya berlaku di bibir saja, tapi juga hati dan pikiran disertai terpaan sinar Pak Mentari dan semburan angin. Perfect!

 

Saatnya untuk turun 'gunung'. Perjalanan turun jauh lebih cepat daripada naik, pun lagi-lagi acara jamban alami harus dilakukan di beberapa titik. Huaaaa... (darurat men!).. Santai dong... Dari Pos penimbangan saya lebih banyak jalan sama Sattar kadang Ali, Ulfa sudah meluncur duluan dan Eva, Basir dan Ita masih dibelakang,  menikmati pagi sambil melihat lalu lalang pria/wanita, muda/tua, turis asing/domestik yang hendak naik ke atas(ayo semangat sudah dekat, saya memberi semangat pada mereka yang baru naik).  Padahal masih jauuuuhhhhh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 Acara sarapan pagi kami lakukan, sebelum beranjak ke Air Terjun Blawan. Air terjun ini tak jauh dari tempat permandian air hangat. Secara lokasi, kami tidak bisa menikmati semburan air terjun itu dari bawah, melainkan dari tengah-tengah. Tepi kanan dan kiri berupa tebing dan 'adem'. Deburan air terjun yang turun, seakan-akan membawa (saya pribadi sih) ke sebuah tempat yang lain. Kami memang tidak berlama-lama di lokasi ini, karena harus bergerak ke Jampit Guesthouse. 

 Menikmati indahnya Air Terjun belawan


 Air Terjun yang menakjubkan.....
dekat pabrik kopi ...

 Air Terjun Segaarrr

 Yang ini Sumber Air Panas...

 

 

 

 

Para model lagi berjalan
 In Action
 Istirahat Sejenak, melepas lelah, menghirup udara perkebunan

 Sambil action tentunya

Jampit Guesthouse adalah sebuah rumah peninggalan Belanda yang berdiri sejak tahun 1927. Berada di ketinggian 1550m (@Daniel, ijin quote data lo ye..), arsitekturnya memikat mata, ditambah dengan sebuah pohon yang sangat tua pada bagian depan. Ditemani buah stroberi di tangan, kami bersantai-santai sejenak di bawah pohon rindang. Menikmati angin semilir dengan aksi foto-foto yang tak kunjung usai (enggak akan usai kalo selalu ada momen. Itu pasti!). 

 Toh, ketenangan itu harus kami sudahi, karena kami harus bergerak ke Kawah Wurung. Hamparan bunga serta luasnya lahan terbuka, membuat kami menamakan lokasi ini sebagai 'bukit teletubbies'. Tidur-tiduran di rumput, walau matahari cukup terik dan menyengat.

 Bersama di bawah pohon sejuta Umat
 Hmmmm Apa yang kau cari....udara bebas polusi
 Pohon sejuta Umat

 Yaaakkk Action....
 Diantara bunga-2 liar nan indah
 Kawah Wurung
 Action di kawah wurung

 Bersama Pohon sejuta Umat


 Tapi semuanya layak untuk dinikmati, dan perjalan ke kawah wurung, kawah ini dikelilingi bukit-bukit yang cukup indah, dan di pinggir kawah tsb. Ada pohon yang agak besar yang namanya Pohon “SEJUTA UMAT” (Info dari VJ), Tak ketinggalan para Phografer jepret sana-sini, sang Model pasang aksi, mumpung disini karena untuk mengulangi lagi butuh waktu yg tepat.