Thursday, February 28, 2008

Rafting


Rafting, yah sudah lama aku pingin ikut rafting, tapi pikir-pikir termasuk mahal untuk ukuran kantongku, sebetulnya lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku, lebih kurang 1 jam perjalanan, tapi persisinya dimana juga aku belum tahu.










Karena rafting di daerah Proboinggo kalo gak salah ada 3 tempat yaitu NOAR, SONGA dan satu lagi gak tahu namanya apa?
Dulu biaya per orang untuk ikut rafting sekitar Rp. 150.000, itupun harus satu team paling tidak 4 orang dalam satu perahu, yah tentu beratlah buat ngerogoh kantong, alhasil susah cari temen ikut Rafting kalo BDD alias bayar dewe dewe .... he....... he...he, transportasinya juga sulit untuk dicapai kendaraan umum.
Keinginan itu timbul kembali saat ada tamu dari Tahiland yang kepingin rafting,
O ooooo Oi akhirnya angan-2 ku akan kesampaian juga.
Pagi ini tanggal 17 Pebruari 2008 sekitar jam 08.00 berangkat dari Mess Leces menuju lokasi lewat desa Banyuanyar, disepanjang jalan ke Banyuanyar ada sungai yang biasa dipakai mandi warga sekitarnya, disamping orang yang mandi, para sapi pun banyak juga yang dimandikan di sungai, al hasil di sungai tersebut orang-orang mandi bersama sapi ha....ha.....ha.
Sampai di desa Maron, eh ternyata semua penumpang gak ada yang tahu persis tempat rafting, setelah cari info ke orang ternyata kita kebablas , harusnya sampai di desa Klenang belok kanan terus naik ke arah desa Ranu Gedang - Tiris Kulon, akhirnya balik lagi ke arah desa Klenang n menuju Tiris Kulon.
Ya ampun ternyata jauh juga lho! Lewat jalan kecil untuk menuju base campnya rafting, setelah cari info bagaimana kita bisa ikut rafting, dan ternyata harus konfirm dulu sebelum datang ke lokasi, karena untuk kepastian/ kecukupan perahu/team setelah nego yah ternyata secara kebetulan ada yang kenal dengan temenku akhirnya kita bisa jalan.
Kebetulan kita berangkat tujuh orang dengan satu driver, kita yang jalan 7 orang dibagi menjadi 2 (dua )Team, Team pertama ada 1 cewek dan 3 cowok plus satu cowok pengendali, yang satunya lagi dua cewek satu cowok ditambah satu cowok sbg pengendali.
Sebelum berangkat semua team, kebetulan ada 2 team lagi dari Surabaya berkumpul dan diberi pengarahan, mengenai tanda-2/tehnik-2 yang harus diperhatikan demi keselamatan.
Setelah pengarahan selesai semua peserta naik Pick Up menuju hulu tempat startnya rafting.
Sepanjang perjalan menuju start melalui jalan tanjakan dan menurun bisa dibayangkan naik pick up berdiri dengan jalan naik turun di daerah pegunungan, ya seneng, ngeri n takut juga rasanya campur aduk.
Kalo udah takut, yaa melihat pohon sekitar rasanya seneng banyak pohon Alpokat yang kebetulan cukup lebat buahnya. Setelah pick up berhenti, masih harus jalan turun menuju sungai tempat star , aduuuh melelahkan juga, lama gak jalan-jalan/ naik gunung, sesampai di pinggir sungai semua mulai siap ke perahu masing-masing, sebelum berangkat berdo’a bersama.
Daaaannnnn yap, meluncur lewat jeram pertama / jeram selamat datang kata pemandunya, dan ada aba-aba BOOM dimana peserta harus jongkok ketengah dan dayung diangkat untuk menghindari benturan karena kiri dan kanan batu / tebing yang cukup besar dan arus air cukup deras, wow hampir terbalik bleg alhamdulilah perahu kembali posisi normal , deg degan juga sih sambil baca -2 solawat gitu.
Banyak jeram yang dilalui masing-masing punya keunikan tersendiri, asyik juga sih, rame dan pokoknya syik deh.
Setelah ditengah-tengah perjalanan ada Air Terjun yang cukup indah, dan disitu kita berhenti turun dari perahu menikmati indahnya air terjun sambil berfoto ria, dan ternyata diatas pohon masih ada monyet-monyet berkeliaran, kemudian melanjutkan perjalanan dan sampailah di tempat istirahat, disitu kita berhenti sejenak sambil menikmati pisang goreng dan sari kedelai hangat yang telah dipersiapkan oleh penyelenggara.
Perjalanan dilanjutkan lagi melalui jeram-jeram yang indah dan disepanjang perjalanan ada beberapa pohon/tanaman liar tapi menarik untuk dilihat dan ada juga tanaman yang sekarang lagi di gandrungi orang yaitu sejnis pohon Talas yang kebanyakan orang menyebutnya centhe ( ooi aku gak tahu persis namanya).
Ditengah sungai yang agak tenang arusnya berhentilah semua team dan turun dari perahu lalu naik ke atas bukit dengan ketinggian 3 – 4 m dari permukaan air, dan kedalaman air sekitar 3 m bagi siapa saja yang berani dianjurkan terjun bebas ke air dengan posisi berdiri.
Aku sebenarnya takut, tapi aku mencobanya dan udah diberitahu kaki harus lurus, dan aba-2 satu dua pada hitungan ketiga aku loncat tapi walah....walah wong namanya agak-agak takut yo lupa kaki ini lurus apa nggak saat mulai terjun perasaan kok lama buanget gak sampai di air daaan pek eeee alaaaah la kok pantatnya yg nempel ke air dulu aduuh panas rasanya dan bluuuss masuk ke air kemudian mengapung dg sendirinya yaaahhh karena pakai pelampung, tapi aku juga bisa berenang kok kemudian menepi dan melihat teman-temen lain yang terjun.
Setelah semua terjun tapi ada satu cewek yang gak berani juga nggak boleh dipaksain, lalu perjalanan diteruskan dengan melalui beberapa jeram lagi dan sampailah di finish.
Sesampainya di Base Camp para pengikut pada membersihkan diri alias mandi bebek dan ganti pakaian , daaaah kelihatan seger semua deh, eh mata ngelirik ke meja panjang yang masih tertupup kertas, wooowww pasti itu makanan aku mendekat oooiii bener juga dan kuambil piring makan, sekitar 2 jam berada di air lapaaaaaaaaaaaaaarrrr sekali rasanya, kubuka kertas-kertas penutup, ada urap-urap, sambal dengan tempe dan tahu ikan laut dan yang aku suka dingin-dingin makan dg sambal dan krupuk nikmat rasanya.
Setelah semua selesai makan, akhirnya kita harus kembali ke asalnya alias ke Leces, sampai Leces sekitar jam 16.00 dan istirahat karena besuk harus kembali bekerja. Da yaaaahhhhh kapan-kapan jalan-jalan lagi

Sunday, February 10, 2008

About Dioksin


Yth, rekan-rekan sekalian,
berikut ini ada artikel tentang dioxin yang sedang jadi bahan
perbincangan
di berbagai negara termasuk Indonesia.

Ancaman Dioksin Bagi Kesehatan Manusia
Oleh: FG Winarno
Dunia perdagangan dan industri pangan digoyang secara kencang oleh kasus kontaminasi dioksin yang mulai merebak dari daratan Eropa, khususnya dari Belgia, Belanda dan sekitarnya. Kontaminasi dioksin telah melanda produk daging, susu, telur, dan ikan, sehingga negara pengimpor produk-produk tersebut telah melakukan pencegahan dengan melarang impor serta penyebaran dan pemasaran produk tersebut kepada masyarakat di berbagai toko swalayan di kota-kota besar di dunia.
Singapura relatif cepat bertindak dan tanggap menanggapi ancaman dioksin tersebut. Di Indonesia sendiri, pemerintah, melalui Direktorat Jenderal POM pada pertengahan Juni, telah juga melakukan hal yang sama yaitu melarang impor daging dari Belgia dan negara sekitarnya.
Meledaknya kasus keracunan dioksin, mirip kasus keracunan DDT yang menggemparkan dunia di tahun 1960-an. EPA (Environment Protection Agency) Amerika Serikat mengungkapkan, dioksin dianggap begitu berbahaya sehingga tidak ada kadar yang dianggap ''aman'' ekspose dioksin bagi manusia.
Dioksin, dianggap sebagai senyawa organik hasil ulah manusia yang paling beracun. Keracunannya hanya
menempati nomor dua setelah keracunan limbah radioaktif yang mengerikan itu.

Apa Itu Dioksin?
Dioksin adalah nama senyawa yang diberikan pada suatu kelompok senyawa kimia yang bersifat super-toxic, yang jumlahnya ratusan, yang keberadaannya sangat mengganggu dalam lingkungan hidup. Senyawa dioksin yang paling beracun adalah 2, 3, 7, 8 tetraklorodibenzon-p-dioksin atau TCDD. Daya keracunan dari senyawa dioksin lainnya seperti PCB (Poliklorit Bifenils) yang bertingkah laku menyerupai dioksin, diukur dan disetarakan secara relatif terhadap TCDD.
Dioksin terbentuk secara tidak sengaja sebagai produk samping dari proses industri kimia yang melibatkan klorin, termasuk di dalamnya proses pembakaran sampah insinerasi, produksi samping industri pembuatan pestisida dan pulp serta proses pemutihan (bleaching) kertas. Dioksin merupakan senyawa racun utama yang terdapat dalam Agent Orange, yang ditemukan pada Love Canal di Niagara Fall, Amerika Serikat, yang mengakibatkan penduduk setempat berbondong-bondong meninggalkan daerah tersebut.
Dioksin dibentuk sewaktu terjadinya pembakaran senyawa yang berbasis klorin dengan hidrokarbon. Dalam praktiknya, sumber kontaminasi utama dari dioksin berasal dari lingkungan yaitu sebanyak 95 persen berasal dari insinerator hasil pembakaran limbah atau sampah yang mengandung klorin.
Sumber utama ekspose dioksin bagi kesehatan manusia berasal dari bahan pangan. Karena dioksin bersifat larut dalam lemak, maka terakumulasi dalam pangan yang relatif tinggi kadar lemaknya. Kandungan dioksin tersebar (97,5 persen) ke dalam produk pangan secara berurutan konsentrasinya yaitu daging, produk susu, susu, unggas, daging babi, daging ikan, dan telur. Pada daging ikan saja, dioksin dapat terakumulasi dalam rantai pangan, sehingga tingkat kadar dioksinnya mencapai 100.000 kali dari kadar dioksin yang terdapat dalam lingkungan sekitarnya.

Dioksin dikenal sebagai senyawa hidrofobik (tidak akur dengan air). Artinya bila dioksin berada di air, akan menghindari air dan mencari tempelan atau masuk ke dalam tubuh ikan. Demikian juga halnya mekanisme cara pencemaran pada binatang liar. Dioksin akan mencari binatang untuk ditempeli dan dimasuki.
Yang sangat disayangkan, manusia tidak memiliki piranti dan mekanisme yang mampu memusnahkan dioksin di dalam tubuhnya dan membiarkan saja pecah sendiri menurut waktu paruh pemecahan secara alamiah (chemical half time).
Para wanita, di pihak lain memiliki daya dan kemampuan khusus untuk mengeluarkan dioksin dari tubuhnya yaitu dengan cara melepaskan dioksin keluar tubuh melalui dua cara yaitu dilepaskan melalui plasenta masuk ke dalam janin yang sedang tumbuh. Yang kedua, dioksin pada wanita sedang menyusui berada dalam ASI (air susu ibu), yang dilepaskan bila sedang menyusui bayinya sehingga sangat membahayakan sang bayi itu sendiri.
Kadar dioksin yang disampaikan oleh EPA (USA) dalam satuan pg/hari
Daging 38 Ikan 7,8
Produk susu 24 Telur 4,1
Susu sapi 17,6 Pernapasan 2,2
Unggas 12,9 Tanah 0,8
Daging babi 12,2 Air tidak ada
Total ekspose sekitar 119 pg/hari; pg = pycogram = 10 pangkat -12 gram
Seperti halnya dengan pestisida DDT, dioksin terakumulasi dalam sel-sel lemak ternak, dan kemudian muncul di dalam daging dan susu. Di alam lingkungan, dioksin ''tahan banting'' tidak mudah rusak dan dikeluarkan dari tubuh secara sangat lamban.
Dioksin merupakan ancaman yang sangat serius bagi kesehatan manusia, karena pengaruh negatifnya sudah dapat dicapai hanya pada dosis yang sangat rendah yaitu beberapa part per trillum dalam lemak tubuh kita.
Dioksin merupakan senyawa yang mampu mengacaukan sistem biologis hormon, yaitu dengan cara bergabung dengan kaseptor hormon, sehingga mengubah fungsi dan mekanisme genetis dari sel, dan mengakibatkan pengaruh yang sangat luas, yaitu dari timbulnya kanker, sampai mampu menurunkan daya kekebalan tubuh serta kekacauan sistem urat saraf, keguguran kandungan, malahan dapat berakibat cacad kelahiran (birth deformity). Dioksin secara langsung mampu menurunkan sel B dan secara tidak langsung menurunkan jumlah sel T yang berperan dalam daya
kekebalan tubuh.
Karena mampu mengubah fungsi genetika sel, jadi dapat menyebabkan timbulnya penyakit genetis dan dapat mempengaruhi pertumbuhan anak. Dalam hal dioksin, tidak ada dosis threshold. Dalam konsentrasi terendah pun mampu menyebabkan kerusakan. Tubuh kita tidak memiliki mekanisme untuk menanggulanginya.
Dari hasil evaluasi EPA (1994), telah dikonfirmasikan bahwa dioksin merupakan senyawa organik yang paling beracun yang manusia pernah ketahui, pengaruhnya sangat negatif terhadap risiko kesehatan, bahkan dengan dosis yang sangat kecil yaitu 10-15 ppt (part per trillion), yang terakumulasi selama hidup. Berdasarkan hal tersebut, EPA menetapkan dosis dioksin yang masih ''dapat diterima'' adalah sekitar 0,006 pikogram (seper juta-juta gram) per kilogram berat badan, atau sekitar 0,40 pikogram untuk seorang dewasa.
Dioksin sangat jarang terdapat dalam alam, sebagian besar dioksin berasal dan datang dan bersumber dari manusia. Sejarah mengapa dioksin mulai terakumulasi ke dalam lingkungan hidup yaitu ketika founder perusahaan Dow Chemical (Midland, Michigan) menemukan suatu cara membelah molekul garam dapur (NACl) sehingga pecah menjadi atom-atom natrium dan atom klorin.
Dengan demikian, hal itu menjadi tonggak sejarah pertama kali manusia mampu menghasilkan jumlah klorin bebas secara besar-besaran. Disebut klorin bebas karena tidak melekat pada senyawa atau atom lain. Pada awalnya, mereka kebingungan mau diapakan klorin bebas tersebut, yang merupakan limbah yang tidak tahu kegunaannya dan bersifat berbahaya.
Namun tidak lama kemudian, mereka menemukan pemanfaatan limbah tersebut menjadi produk yang berguna dengan cara menempelkan atom-atom klorin pada molekul petrokimia hidrokarbon, dan akibatnya, selama tahun 1930-1940-an terciptalah berbagai produk klorinat-hidrokarbon. Lahirnya senyawa baru tersebut, mampu meningkatkan perkembangan berbagai produk jenis pestisida yang saat ini berkembang mendampingi kehidupan manusia, di samping berkembang pula berbagai jenis pelarut, serta plastik yang dapat dihasilkan dari klorin bebas tersebut.
Sangat disayangkan, pada saat klorinat-hidrokarbon tersebut diproses di pabrik, atau dibakar dalam insinerator, terbebaskan produk hasil samping yang sangat tidak dikehendaki, yaitu dioksin, suatu jenis keluarga senyawa kimia beracun yang paling beracun yang pernah dipelajari dan diketahui manusia.
Seirama dengan kemajuan industri dan penggunaan bahan organik yang terklorinasi dan plastik (PVC), herbisida dan insektisida di suatu negara, maka dalam tubuh manusia setempat semakin tinggi kandungan dioksinnya. Selama 40 tahun terakhir, seperti kita ketahui, perkembangan jenis industri tersebut di atas memang terasa sangat dramatis.
Suatu contoh, ternyata lingkungan hidup kita dikitari serba plastik PVC, mulai dari phonograph records sampai penutup tempat duduk mobil, insulasi kawat listrik, botol-botol sampo, sampai tas tangan, pipa-pipa air dan wall paper, sebagian benda-benda tersebut terdiri dari senyawa PVC atau senyawa organik yang terklorinasi. Bila senyawa tersebut dimanufaktur atau dibakar, terbentuklah dioksin sebagai produk samping.
Pada 20 tahun terakhir, masyarakat mulai membakar sampah-sampah keluarga, demikian halnya dengan sampah industri serta sampah medis, dibakar bersama dalam insinerator. Dioksin yang terbentuk selama pembakaran, masuk ke dalam udara bersama abu-abu yang beterbangan, kemudian mengendap pada tanaman, kebun-kebun tanaman pangan, kemudian dikonsumsi oleh ternak, sapi, babi, dan ayam akhirnya dikonsumsi manusia. Di samping itu, dioksin yang jatuh dari udara masuk ke dalam danau, sungai, dan laut.

Apa Yang Diperlukan?
Apakah masyarakat perlu resah, dengan timbulnya kasus dioksin? Berikut kami sampaikan data dan informasi dari negara maju, khususnya Amerika Serikat sebagai pertimbangan. Daging ternak, terutama daging sapi dan babi termasuk daging yang paling tinggi kandungan dioksinnya. Karena alasan usaha mengurangi konsumsi produk tersebut, dilihat dari segi keamanan pangan dianggap langkah bijaksana. Meskipun daging ayam memiliki kadar dioksin terendah, tetapi masih cukup bermakna dalam mengganggu kesehatan manusia. Yang jelas produk nabati, seperti tahu, tempe, biji-bijian, kacang-kacangan masih dianggap paling praktis dan aman karena biasanya
tidak terkontaminasi oleh dioksin.
Bila ingin mengkonsumsi susu, pilihlah mengkonsumsi susu skim (non fat), hindari semua produk susu yang penuh lemak, seperti mentega, keju dan ice-cream. Untuk golongan menengah ke bawah hal itu sudah tiap hari dilakukan.
Hindarkan diri dari sentuhan bahan organik yang mengandung ''kloro'' yang dapat dikenali dari bagian namanya seperti pengawet kayu pentoklorofenol, yang barangkali merupakan salah satu bahan kimia yang terdapat dalam alat rumah tangga yang tinggi potensinya dalam kandungan dioksin. Hindarkan chlorine bleach product (sodium hipoklorit), gunakan kertas yang tidak di-bleach.
Mainan anak yang terbuat atau dikemas dalam PVC (label V atau #3-plastic) sebaiknya dihindarkan dari anak. Mainan anak yang mengandung beads PVC, sering menyebabkan penyakit kanker dari uap vinilklorit yang diproduksi, produk tersebut sering juga terkontaminasi dioksin. Hindarkan dari penggunaan saran wrap, atau cling-type plastic wrap. Kini banyak pembungkus aman yang disebut non-chlorinated plastic.
Disarankan agar mencuci semua buah-buahan dan sayuran untuk membuang residu pestisida klorofenol. Hindarkan diri dari deodorant soap, atau yang mengandung triklosan, suatu senyawa klorofenol. Salah satu usaha untuk mereduksi ancaman dioksin adalah cegah pembakaran sampah, pelarangan industri manufaktur PVC dan senyawa kimia klorinat lain.
Tekan dengan peraturan pemasaran produk-produk yang berpotensi tinggi terkontaminasi dioksin. Sebagai langkah preventif, larangan Dirjen POM terhadap impor produk daging, ayam dan telur dari Eropa, perlu mendapat dukungan oleh mereka yang peduli terhadap keamanan
pangan dan hidup sehat.
Pemerintah pasca-pemilu diharapkan lebih peduli dan serius terhadap
keamanan pangan bagi
manusia.***

Penulis adalah Guru Besar IPB, Bogor