Thursday, May 8, 2014

Makasar Mei 2014

Genap 5 tahun yang lalu, hampir seluruh keluarga ketemu keluarga di Pinrang, Majene kebetulan ada keluarga yang menikah, dan bulan awal Mei 2014 ini hal serupa kembali terulang, tetapi sayangnya tidak bisa seperti dulu karena ada anak-anaknya yang mempersiapkan ujian akhir.Sekolah
Hanya aku, Ibu , Umi serta Kaila yang berangkat, sebetulnya aku tidak berangkat, alhamdulillah ada rejeki jadi bisa berangkat. Cari-cari tiketpun jauh  sebelum keberangkatan, kira-kira 2 minggu sebelumnya, alhamdulillah  masih dapat agak murah. Yah memang cari yang murah dan dapatnya pagi jam 05.30.
Sempat merasa bingung mau berangkat jam berapa? ada beberapa alternatif berangkat sore nebeng di rumah temen yang terdekat dengan Bandara, eh nggak taunya ybs ada acara keluar kota, bingung lagi, mau begadang di Bandara nggak ada temen, Lalu cari-2 travel eh ternyata ada travel yang brangkat jam 22.00 dari Jember, kucoba menghubungi srannya yang dari Lumajang aja, karena sebelumnya dah call. yg di lumajang nggak diangkat, kucoba lagi alhamdulillah dapat travel dari Lumajang yang berangkat dr Lumajang sekitar jam 23.30.
Jam 24.20 Driver sdh call ktnya sebentar lagi datang, bener juga sekitar 10 menit kemudian datang travelnya, malam-malam begini ternyata penumpangnya penuh juga, alhamdulillah banyak temennya.
Baru beberapa saat berangkat, diutara SPBU Leces macet total tidak bergerak, drivernya agak nekat juga kelihatannya, menyisir kearah kanan jalan dan berhanti jan lagi sampai pertigaan jorongan tidak belok kiri karena arah macetnya ke daerah Wonoasih. Akhirnya lurus kearah kota leawt Jl Cokro Aminoto, sesampai di Nguling/ barat pasar nguling macet lagi, akhirnya driver balik kanan lewat jalan alternatif dan ternyata keluar jl raya sampai di Grati. Dalam perjalanan melihat orang sebelah begitu enaknya tidur, kucoba untuk tidur gak bisa....sesampai di Porong lurus lewat Sidoarjo krn tujuanku ke T2 Juanda  jadi lebih dekat kalo nggak lewat Tol, lagi pula kalo malam hari jalan sepi.
Sampai di Bandara masih jam 02.45.  Alhamdulillah masih sempat sholat mlm. ada call dari temen mencari di bandara sampai hampir 1 jam ngggak ketemu ternyata salah persepsi aku di T2 yang cari di T1. hampir putus asa, masih ada waktu sedikit aku diminta menunggu sebelum cek in, ok karena menjelang subuh aq sholat dulu( padahal subuh masih kurang 15 menit), setelah sholat subuh ketemu temen sebentar lalu masuk untuk cek in. Alhamdulillah di ruang tunggu tidak jauh ada Mushola, yahhh subuhan lagi....
Tepat jam 05.30 Bismillahirahmanirrahim terbang ke Bandara Hasanuddin Makasar. Jam kedatangan 15 menit lebih awal dengan cuaca yang sangat cerah jam 07.45 WIT mendarat di bum Angin Mamiri.
Aq di sampaerin kakak. dan perjalan terus ke rumah ke Atik, beberapa saat kemudian aku ajak anak kak Atik ke Losari mau cari sesuatu sekalian ambil gamber di Losari dan Masjid Apung,





Para penari utnuk menyambut kedatangan penganten Laki-laki
Penabuh musik tradisional menyambut kedatangan tamu dari pihak pengantin laki-laki

ku lagi numpang nampang di kamar pengantin bersama Lala

Harus disempatkan foto seperti ini, karena momen yang tak akan pernah terulang lagi...smoga suatu saat bisa berkumpul seperti ini lagi
di Pantai Majene, tapi tak seindah pantai-2 di Pulau Jawa

Pantai ini di wilayah Majene, walau tidak begitu panjang namun cukup menarik, dan untuk menuju pantai ini harus menuruni anak tangga
Sebelum pulang ambil gambar dulu walaupun ada yang belum mandi .....nggak kelihatan kan...???
Ini rumah pada umumnya di wilayah tepi pantai daerah Pinrang Paare-Pare, Majene, tetapi sudah banyak rumah tembok(tidak diatas)

Mejeng di beranda rumah....

di Seputar Masjid Amirul Mukminin
Pantai Losari










Wednesday, March 26, 2014

Belajar Sholat Khusu'



Karunia terbesar dalam hidup bukanlah kakayaan dan jabatan, tapi diberi karunia shalat khusyu’. Berikut beberapa tips sederhana agar shalat kita khusu’:

1. Heningkan pikiran dan bersikaplah serileks mungkin. Kepala sampai pinggang dikendorkan, jatuh laksana kain basah yang dipegang ujungnya dari atas. Berat badan mengumpul di kaki dan berdirilah senyaman kita berdiri. Rasakan getaran kalbu dan sambungkan rasa itu kepada Allah hingga suasana terasa hening. Rasakan pula getarannya menyelimuti jiwa dan fisik agar pikiran tidak liar
2. Bangkitkan kesadaran diri, bahwa kita sedang berhadapan dengan Zat yang Maha Kuasa, Yang Meliputi Segala Sesuatu, Yang Maha Hidup, Yang Maha Suci dan Yang Maha Agung. Sadari bahwa kita akan memuja dan bersembah sujud kepada-Nya serendah-rendahnya dan menyerahkan segala apa yang ada pada diri kita Biarkan ruh mengalir pergi dengan suka rela menyerahkan diri kepada Allah semata.
3. Berniatlah dengan sengaja dan sadar, sehingga muncul getaran rasa yang sangat halus dan kuat menarik ruhani meluncur kehadirat-Nya, seraya ucapkan “Allahu Akbar.” Jagalah getaran tadi dengan meluruskan niat: inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamawaati wal ardh, haniifan musliman wama ana minal musyikin (sesungguhnya aku menghadap kepada wujud Zat yang menciptakan langit dan bumi dengan selurus-lurusnya dan aku bukan termasuk orang yang syirik). Rasakan kelurusan jiwa yang terus bergetar menuju Allah, lalu menyerahkan secara total: inni shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil’alamin (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semata.
4. Rasakan keadaan berserah masih menyelimuti getaran jiwa kita. Bacalah setiap ayat dengan tartil –pastikan getaran pasrah menyertai bacaan dihadapan-Nya. Kemudian lakukan ruku’, biarkan badan membungkuk dan pastikan ruh perlahan juga turut ruku’ dengan perasaan hormat dan pujilah Allah Yang Maha Agung: subhaana rabbiyal adiimi wabihamdihi. Saat ruku’, lakukan dengan menarik regang kaki dan punggung. Nikmati saja seperti menikmati peregangan ketika senam.
5. Setelah ruku’, berdiri kembali sambil mengucapkan pujian kepada Zat Yang Maha mendengar: samiallahu liman hamidah (semoga allah mendengar orang yang memuji-Nya). Lalu, setelah kedua tangan diturunkan, ucapkan: rabbana wa lakal hamdu millussamawati wamil ul ardhi wamiluma syi’ta min syai in ba’du (Ya Tuhan, milik-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki sesudah itu).
6. Kemudian secara perlahan bersujud serendah-rendahnya. Biarkan tubuh bersujud, rasakan sujud agak lama. Tumpukan kepala sebagai tumpuan utama. Nikmat rasanya ‘terpijat’ dahi ini oleh gerakan sujud. Saat ruh sudah terasa bersatu dalam sujud lalu baca dengan penghayatan: subhana robbiyal a’laa wa bi hamdih (Maha Suci Engkau yang Maha Tinggi dan Maha Terpuji).
7. Selanjutnya, duduk di antara dua sujud. Ucapkanlah sepotong-potong bacaanya dengan memahami maknanya. robbighfirlii (Ya Tuhan ampunilah aku). Diam sejenak, lalu teruskan mengucapkan war hamnii (dan sayangilah aku)…. wajburnii (cukupkanlah segala kekuranganku)….war fa’nii (angkatlah derajatku)… warzuqnii (beri rizki padaku)…. wahdinii (tunjukilah aku -karena aku sedang bingung dan tak tahu)….. wa’aafinii (dan sehatkan aku)…... wa’fuannii (dan maafkan aku- yang banyak dosa ini). Bila semuanya dilakukan penuh penghayatan, biasanya tanpa terasa akan meneteskan air mata.
8. Lakukan shalat seperti di atas dengan pelan-pelan, tuma’ninah pada setiap gerakan. Berikan kesempatan ruh kita untuk mengambil sikap shalatnya. Dia memang agak lamban. Karenanya, lakukan gerakan lamban untuk memberi kesempatan kepada ruh kita. Shalat kita utamanya memang untuk ruh, bukan badan fisik kita. Badan fisik hanyalah alat yang mengantar ruh berjumpa kembali dengan yang dicintainya, ialah Allah yang sesungguhnya meniupkan ruh ke dalam badan fisik. Sempurnakan kesadaran shalat sampai salam.

Tuesday, March 25, 2014

Beras Kencur



Manfaat jamu beras kencur adalah :
• Mengandung minyak atsiri yg berfungsi sebagai zat analgesik, yaitu kemampuan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri
• Menghilangkan rasa capek & pegal-pegal pada tubuh
• Meningkatkan nafsu makan
• Dipercaya memiliki kemampuan untuk menambah tenaga karena memiliki sifat stimultan, sehingga baik untuk vitalitas pria
• Dipercaya bisa menghilangkan beberapa penyakit seperti batuk, radang lambung, sariawan, keracunan makanan dan perut kembung


Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual jamu. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan.

Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus dan dibiarkan sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas, dan disaring dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari perasan bahan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol.

Resep 1

Bahan :
· Beras 200 gram
· Air mendidih 100 ml
· Kencur 50 gram, bersihkan
· Jahe 50 gram, bersihkan
· Daun pandan 2 lembar
· Kelabet 1/2 sendok teh
· Kapulaga 10 buah
· Kemukus 1/2 sendok teh
· Gula merah 300 gram
· Air 1500 ml
· Garam secukupnya

Cara membuat :
Beras dibersihkan, tiriskan. Sangrai lalu rendam dalam air mendidih selama 2 jam.
Sangrai jahe dan kencur, angkat dan sisihkan.
Campur rendaman beras, kencur, jahe yang telah disangrai, kelabet, kapulaga, kemukus dan sedikit garam. Haluskan dengan blender.
Rebus air bersama gula merah dan pandan hingga gula larut dan mendidih.
Campur beras kencur dengan air gula, aduk rata lalu saring. Sajikan.
Untuk 7 – 8 gelas

Resep 2
Bahan :
· 500 gram kencur, kupas, cuci bersih
· 250 gram beras
· 250 gram gula pasir
· 100 gram gula merah
· 1,5 liter air
· 1/2 sendok teh garam
· 1 buah jeruk nipis, ambil airnya
· Sedikit cengkeh
· Sedikit kayu manis
Cara membuat :
· Rendam beras  selama kira 2 jam, lalu tiriskan dan  cuci dengan air mendidih dan tiriskan haluskan
· Kupas kencur, parut/blender hingga lembut
· cengkeh & kayumanis. Rebus sampai mendidih, angkat, saring, beri garam. Campur dengan kencur yg telah di blender
· Rebus air bersama gula pasir, gula merah, dan garam hingga mendidih, angkat, saring.
· Tuang cairan gula ke air beras kencur. Aduk rata
· Apabila ingin diminum, kucuri air jeruk nipis (sesuai selera) dan aduk rata & Sajikan.
Hasil : 8 gelas

Resep 3

Bahan:
1. 1/2 sdm beras
2. 50 gr kencur
3. 1 jari kayu manis
4. 5 butir cengkeh
5. 1/2 gula aren
6. 3 sdm asam jawa
Cara Membuat:
1. cuci bersih semua bahan, tumbuk sampai halus.
2. tambahkan 1 gelas air matang, peras dan saring.
3. saat mau diminum, tambahkan gula asam atau madu.

Tuesday, March 11, 2014

TIWUL dan GATOT INSTAN





A.       PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu dan  teknologi berkembang dengan pesat diberbagai bidang, termasuk dalam bidang  pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis.  Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya.
Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah. Data statistik tahun 2002 menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002).  Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi  menu utama sehari-hari di rumah.
Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan 3 sampai 5 menit.  Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja dikantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini.  Selain mudah disajikan makanan  ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anak-anak usia sekolah.
Masalah lain yang jadi fenomena dimasyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan yang dikemas dapat dipastikan “kaya”  zat aditif. Tercatat 13 jenis snack mengandung bahan aditif dalam kandungan yang cukup tinggi (Republika, 2003).
Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi  beberapa kelompok berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin 2) agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin, 3) agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan, 4) agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin, 5) agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit, 6) agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol), 7)  agen pengembang untuk roti dan bolu, 8) agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat (MSG), 9) bahan pewarna.   Selain kesembilan zat aditif diatas Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan diantaranya: 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3) bahan pengasam, 4) bahan pemisah, 5) pati termodifikasi, 6) alkohol, dan 7) gelatin .
Dewasa ini, makanan tradisional seperti tiwul dan gatot sudah mulai ditinggalkan, karena dianggap tiwul bukan makanan yang layak dikonsumsi, kedua, tiwul makanan orang miskin, ketiga, tiwul makanan yang dikonsumsi karena terpaksa akibat persediaan beras habis.
Pandangan seperti itu justru memperlemah ketahanan pangan kita, dan menghambat diversifikasi pangan untuk memperoleh gizi seimbang. Masyarakat akan malu kalau tidak makan nasi (beras), malu makan singkong, ubi jalar dan banyak lagi sumber karbohidrat negeri ini yang layak dikonsumsi. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat masyarakat kita saat ini memang masih didominasi oleh beras. Indonesia merupakan salah satu negara pemakan beras tertinggi di dunia.
Tidak mengherankan bahwa hampir 60 persen konsumsi karbohidrat kita, didominasi oleh padi-padian. Padahal menurut ahli gizi, harusnya seimbang antara padi- padian dan umbi-umbian dan lainnya. Hal inilah yang harus dikoreksi agar tercipta sumberdaya manusia yang sehat. Masalah pangan bukan hanya soal ketersediaan, seperti pemikiran tahun 1960an. Walaupun ketersediaan cukup, apabila sulit didistribusikan dengan harga terjangkau, maka pangan tidak akan merata diakses oleh keluarga. Maka aspek distribusi juga sangat menentukan ketahanan pangan dan asupan gizi bagi anggota keluarga. NTB misalnya selalu mengalami surplus beras setiap tahunnya, namun rawan pangan juga terjadi.
Faktor lain yang sangat penting adalah daya beli masyarakat untuk memenuhi konsumsi yang memenuhi syarat gizi seperti energi dan protein. Dari data yang ada sebenarnya ketersediaan energi dan protein domestik telah melebihi kebutuhan. Namun, sebahagian masyarakat kita masih kekurangan kalori dan protein, karena daya beli yang rendah, dan kurang memahami keberagaman sumber pangan yang ada.
Kekeliruan mendasar dalam ketahanan pangan kita adalah persepsi masyarakat bahwa pangan itu identik dengan beras. Padahal sebenarnya sejak dahulu telah tumbuh budaya lokal (local wisdom) mengkonsumsi non-beras dalam pola makannya yang terbentuk dari keyakinan, tata-nilai, dan perilaku masyarakat.
Untuk Papua dan Irian Jaya Barat misalnya, mereka makan umbi-umbian dan sagu. Ubi jalar ternyata punya kelebihan dibanding beras. Ubi jalar lebih unggul vitamin A, karotenoid, vitamin C serta serat dibandingkan dengan beras. Tidak mengherankan mengapa orang Jepang gandrung mengkonsumsi ubi jalar yang merupakan salah satu komponen tempura.
Di berbagai daerah di Indonesia makanan pokok masyarakat adalah tiwul. Contohnya di Jawa timur, yaitu Kabupaten Nganjuk, Kediri, Trenggalek, Tulungagung, Pacitan, Lumajang, Malang Selatan, dan Kabupaten Gunung Kidul DIY.
Di beberapa daerah tersebut tanpa tiwul dalam satu hari serasa belum kenyang-merasa tenaganya kurang. Artinya mengkonsumsi tiwul bukan berarti keadaan masyarakat itu miskin, rawan pangan, kelaparan, tetapi merupakan budaya/perilaku pola makan masyarakat setempat. Kalau kita mengunjungi kampung Cirendeuy di Cimahi Jawa Barat yang seluruh masyarakatnya penganut ajaran Penghayat, mereka sangat menjunjung ajaran nenek moyangnya dalam mempertahankan pola konsumsi non-beras yaitu limbah aci atau ampas singkong yang mereka sebut nasi.
Harus diakui bahwa bahan pangan dari umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, garut, talas, gadung, ganyong, gembili dan suweg) dalam bentuk segar memiliki kandungan kalori dan protein yang rendah. Karakteristik rendah kalori ubi segar dapat dihilangkan dengan memprosesnya menjadi bahan kering berupa irisan atau tepung dengan kadar air setara beras aman simpan.
Kandungan protein tepung ubi dapat ditingkatkan dengan menambahkan tepung kacang-kacangan sehingga menjadi tepung komposit. Tiwul merupakan salah satu bentuk olahan pangan dengan bahan baku ketela pohon yang dikeringkan, kemudian ditepung.
Penganekaragaman pangan antara lain melalui pengembangan tiwul instan merupakan alternatif yang paling rasional untuk memecahkan permasalahan kebutuhan pangan (khususnya karbohidrat). Penataan pola makan yang tidak tergantung pada satu sumber pangan (beras), memungkinkan tumbuhnya ketahanan pangan keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.
B.     PERKEMBANGAN MUTAKHIR
Seiring berkembangnya makanan instan di dunia khususnya di Indonesia makanan tradisional pun sudah dirombak menjadi makanan instan. Beberapa makanan tradisional yang telah dikembangkan menjadi makanan instan diantaranya  bubur jagung instan, gatot instan, dan tiwul instan.
1.      Tiwul Instan
`                 Nasi tiwul adalah makanan tradisional yang terbuat dari singkong/ketela pohon, yang umumnya masih diolah secara tradisional oleh para penduduk. Tapi sekarang ini sudah ada tiwul yang berbentuk kemasan, namanya tiwul instan,
Umbi singkong (ketela pohon/cassava) sudah sejak lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu bahan makanan yang cukup penting sebagai sumber asupan karbohidrat.
Selama ini masyarakat di pedesaan biasanya mengkonsumsi singkong dengan cara dimasak langsung (direbus, dikukus dan digoreng) atau dikeringkan terlebih dahulu di bawah terik matahari untuk dijadikan gaplek. Sebelum dimasak, gaplek biasanya ditumbuk terlebih dahulu menjadi tepung gaplek untuk selanjutnya dimasak dengan cara dikukus menjadi makanan yang dikenal dengan sebutan tiwul.
Sebagian masyarakat di pedesaan ada juga yang memanfaatkan umbi singkong sebagai bahan dasar pembuatan tape (di wilayah Jawa Barat dikenal dengan istilah peuyeum sampeu) melalui proses fermentasi dengan menggunakan ragi tape. Produk makanan berbahan baku umbi singkong khususnya goreng singkong dan tape sebetulnya sudah cukup memasyarakat sebagai makanan ringan yang banyak dijajakan oleh para pedagang makanan gorengan.
Berbeda dengan gorengan umbi singkong yang relatif banyak dikenal anggota masyarakat, makanan tiwul sampai saat ini masih belum begitu populer di masyarakat, terutama di perkotaan mengingat proses pembuatannya yang relatif cukup memakan waktu. Namun dari sisi pembentukan cadangan pangan, cara pembuatan tiwul yang melalui tahapan pembuatan gaplek sebetulnya memiliki kelebihan dibandingkan dengan konsumsi umbi singkong secara langsung. Sebab, gaplek bisa tahan disimpan lebih lama ketimbang disimpan dalam bentuk umbi singkong biasa.
Gaplek singkong yang diolah secara tradisional menjadi tiwul selama ini belum begitu dikenal sebagai sumber bahan makanan pokok masyarakat. Selain karena proses pembuatannya yang cukup memakan waktu, tiwul tradisional juga memiliki kandungan gizi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan jenis makanan lainnya
Namun demikian dari sisi ketahanan pangan, pemberdayaan tiwul sebagai alternatif sumber makanan tetap perlu diperhitungkan. Lebih-lebih apabila sentuhan teknologi dapat mengatasi kendala ketidakpraktisan dan lamanya waktu proses penyiapan makanan tiwul. Sentuhan teknologi kembali diharapkan dapat mengatasi persoalan rendahnya kandungan gizi dalam bahan makanan tiwul melalui proses fortifi kasi (pengayaan kandungan nutrisi dengan berbagai zat gizi yang dibutuhkan tubuh manusia).
Pemberdayaan tiwul sebagai salah satu alternatif sumber makanan bagi masyarakat diyakini dapat memperkuat ketahanan pangan nasional. Sebab, pemberdayaan tiwul sebagai sumber alternatif makanan masyarakat dapat mensukseskan program diversifi kasi pangan di dalam negeri. Dengan demikian, pemberdayaan tiwul dapat turut mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sejumlah bahan pangan utama seperti beras, terigu, jagung, kedelai dll.
Penelitian terkini tentang tiwul instan :
a.       Studi pembuatan kudapan tiwul instan dari tepung ubi kayu (Manihot utilissima) varietas kaspro dengan penambahan berbagai jenis tepung kacang-kacangan.
b.      Nutrifikasi tiwul instan dengan tepung telur (kajian dari kadar protein dan sifat organoleptik)
c.       Potensi, kendala dan peluang pengembangan agroindustri berbasis pangan lokal ubi kayu
Dalam perkembangannya, tiwul dapat menjadi pangan alternatif atau makanan fungsional yang dapat memembus kalangan menengah perkotaan layaknya roti atau mie. Hal ini dapat terwujud dengan lahirnya produk tiwul instan yang dikemas dengan kemasan plastik yang menarik. Selain memperpanjang masa simpannya, diharapkan dengan ditawarkannya produk siap saji dalam bentuk tiwul instan akan dapat meningkatkan antusiasme masyarakat untuk mengkonsumsinya, sehingga tujuan dari penganekaragaman pangan yang mendukung terciptanya ketahanan pangan dapat terwujud.
Cara pembuatan tiwul instan:
Bahan :
•Ubi kayu kuning
•Tepung tempe
Alat-alat :
•Seperangkat alat dapur
•Kompor
•Penggiling
Proses Pembuatan:
1)      Persiapan bahan meliputi, pengupasan, pemotongan dan pencucian, kemudian dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering hingga kering (ka. 12%).
2)      Setelah ubi kayu kering dilakukan penggilingan hingga menjadi tepung.
3)      Tepung gaplek dicampur secara merata dengan tepung tempe (15%).
4)      Pengukusan dilakukan untuk mematangkan adonan dan dilakukan selama 20-25 menit dengan suhu 85-90°C sehingga dihasilkan tiwul.
5)      Tiwul yang telah dikukus dikeringkan kembali dalam oven atau sinar matahari sehingga cukup kering (diperoleh tiwul instan), sebelum dikemas tiwul harus didinginkan terlebih dahulu pada suhu ruang.


2.      Gatot Instan
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, orang mengenal gatot sebagai makanan orang susah. Jika beras mahal atau sawah mengalami kekeringan, orang desa masih sering mengonsumsi makanan olahan singkong ini. Kita masih bisa menjumpai makanan ini di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Wonogiri di JawaTengah, Gunung Kidul, Yogyakarta, dan Blitar di Jawa Timur. Bahkan pada saat penjajahan Jepang, gatot pernah menjadi makanan pokok orang-orang desa karena sulitnya mendapatkan beras pada saat itu.
Dari tampilannya, gatot memang membuat beberapa orang tidak berselera untuk memakannya karena warnanya yang hitam dan lengket. Gatot sendiri sebenarnya berasal dari gaplek (singkong -Manihotesculenta/Manihot utillisima- yang telah dikupas dan dikeringkan), namun dipilih yang kehitaman. Belum jelas juga mengapa warnanya bisa kehitaman. Beberapa sumber mengatakan, warna tersebutdiperoleh dari semacam jamur (kapang) yang tumbuh akibat proses penjemurannya yang sangat lama(sekitar 1 minggu) dan disertai proses menghujan-hujankan atau dapat pula diperoleh dari prosespemeraman dalam wadah tertutup hingga berjamur. Keberadaan jamur pada singkong, menyebabkanterjadinya proses fermentasi yang membuat pati dalam singkong rusak dan (mungkin) lebih mudahdicerna. (darikompas, dengan perubahan)
Walaupun makanan ini terlihat ‘ekstrim’, namun sampai saat ini jarang ada laporan terjadinyakeracunan. Satu-satunya laporan keracunan yang didapat, keracunan tersebut disebabkan karena padasaat penjemuran gaplek yang akan dijadikan gatot mengalami kontaminasi limbah karena dijemur ditepi sungai. Malah, menurut dosen IBM (ilmu bahan makanan) di kampus (aku lupa siapa.. oh,dosen,, maafkan muridmu.. :D) singkong yang telah dikeringkan (dengan proses yang bersih) lebihaman dikonsumsi dari singkong biasa, karena pada saat pengeringan, racun alami pada singkong ;linamarin dan lotaustralin (jenis racun sianida) akan ikut menguap.Proses pembuatannya :Membuat gatot diawali dengan proses merendam gaplek yang kehitaman dalam waktu semalaman.Setelah itu, air rendamannya dibuang dan gaplek hitamnya kemudian dicuci bersih dan dikecil-kecilkan. Karena sudah mengalami perendaman, gaplek jadi mudah untuk dipotong-potong. Proses selanjutnya, gaplek hitam lunak yang sudah dicuil-cuil itu kemudian ditanak, layaknya menanak nasi.Sekitar dua jam kemudian, diangkat dari tungku serta ditata dalam tampah agar cepat dingin. (dari suara merdeka.com dengan sedikit perubahan)
Kandungan gizi :Kandungan asam amino atau protein dalam gatot lebih besar daripada pada singkong, karenakeberadaan jamur yang memproduksi asam amino dari bahan pati singkong.Nilai gizi gaplek sendiri sebagai sumber karbohidrat lebih tinggi dibandingkan beras. Setiap 100 gr mengandung 35,3 gram. Namun, kandungan zat lain yang terdapat pada singkong (vitamin danmineral) relatif lebih kecil daripada beras, terutama setelah pengolahan. Meskipun begitu, singkong danolahannya memiliki kandungan serat yang lebih tinggi daripada beras. Oleh karena itu perlu diolahmenjadi makanan pelengkap dengan cara mengkombinasikan dengan pangan lainnya yang mempunyainilai gizi lebih tinggi maka akan sangat bermanfaat sebagai bahan pangan.
Cara membuat Gatot instan:
Bahan:
½ kg     gathot instant
2 ltr       air
½ btr     kelapa parut, kukus.
½ sdt    garam halus.


Cara membuatnya:
1. Rendam Gathot (gaplek) dalam air selama 30 menit, angkat, tiriskan.
2. Kukus dalam dandang yang sudah beruap selama 20 menit.
3. Sajikan bersama kelapa parut.
4. Jika suka, Gathtot bisa juga diberi gula jawa secara acak saat dikukus.




C.    PENUTUP
a.      Kesimpulan
Pangan instan adalah prodak makanan yang diolah sedemikian rupa sehingga konsumennya dapat secara instan menggunakannya. Ada banyak jenis makanan yang beredar didunia seperti mi instan, bubur instan, nasi goreng instan, santan instan, dan makanan tradiasional instan pun juga mudah didapatkan, seperti tiwul dan gatot instan. Makanan tradisional asli seperti tiwul dan gatot sudah mulai ditinggalkan, karena dianggap tiwul bukan makanan yang layak dikonsumsi, kedua, tiwul makanan orang miskin, ketiga, tiwul makanan yang dikonsumsi karena terpaksa akibat persediaan beras habis.
Pandangan seperti itu justru memperlemah ketahanan pangan kita, dan menghambat diversifikasi pangan untuk memperoleh gizi seimbang. Masyarakat akan malu kalau tidak makan nasi (beras), malu makan singkong, ubi jalar dan banyak lagi sumber karbohidrat negeri ini yang layak dikonsumsi. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat masyarakat kita saat ini memang masih didominasi oleh beras. Indonesia merupakan salah satu negara pemakan beras tertinggi di dunia
b.      Daftar Pustaka
http://www.shvoong.com/medicine-and-health/1639515-dampak-makanan-siap-saji bagi/#ixzz1ZscJuAg
COPAS : tetangga http://sehatceriaavail.blogspot.com/2012/01/pangan-instan-tiwul-dan-gatot-instan.html